Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Para Senior yang Menularkan Prestasi
06 Oktober 2016
Para Senior yang Menularkan Prestasi
 
 

Menjadi atlet bulutangkis yang berjuang di turnamen profesional, artinya harus menyiapkan mental untuk segala resiko, termasuk resiko kekalahan. Untuk mencapai prestasi yang memuaskan di olahraga ini memang tidak mudah, dibutuhkan tekad, latihan dan kerja keras yang konsisten. Ada kalanya seorang atlet merasa jenuh dan bahkan kehilangan rasa percaya diri karena prestasinya sulit berkembang. Bukan berarti permainan mereka kurang mumpuni, hanya saja mereka butuh dorongan semangat yang lebih besar. Beruntung klub sebesar PB DJARUM selalu memperhatikan kebutuhan setiap atletnya, bukan hanya pelatih-pelatihnya yang sering memberikan motivasi, tapi para atlet seniornya juga banyak yang berhasil “menularkan” prestasi pada junior-juniornya.

Lilyana Natsir dan Tontowi Ahmad

Sebelum bergabung dengan PB DJARUM dan dipasangkan dengan Lilyana Natsir, Tontowi Ahmad atau yang biasa disapa Owi mengaku mengalami kebuntuan dalam bermain bulutangkis. Ada keraguan pada dirinya karena prestasinya yang tidak kunjung bersinar. Namun semua itu berubah saat ia bergabung dengan klub bulutangkis terbesar di Indonesia ini, tahun 2010 Owi fokus pada nomer ganda campuran dan dipasangkan dengan pemain senior Lilyana Natsir.

Menariknya, saat itu Lilyana sendiri sedang berada di puncak karir bersama pasangan bermainnya, Nova Widianto. Setelah sukses bersama Nova, Lilyana kemudian dipasangkan dengan Tontowi. Benar saja, keduanya langsung cocok dan menjadi pasangan ganda campuran paling ditakuti di dunia. Permainan Owi yang powerfull dan pengalaman Lilyana selama belasan tahun, sukses membawa pasangan ini mencetak hatrick di kejuaraan All England tahun 2012, 2013 dan 2014.

Vita Marissa dan Rafiddias

Sama halnya seperti Tontowi, Rafiddias adalah atlet bulutangkis muda berbakat yang sempat merasakan berlatih di Pelatnas Cipayung. Namun kala itu, Rafi yang masih sangat muda seakan belum menemukan permainan terbaiknya sehingga ia dikembalikan lagi ke klub. Sempat merasa bimbang dengan karirnya di bulutangkis, Rafi hampir memutuskan untuk melanjutkan sekolah dan bahkan berniat mengikuti liga bulutangkis di India.

Melihat potensinya yang masih besar, para pelatih PB DJARUM mencoba memasangkan Rafiddias dengan Vita Marissa untuk berlaga di Kejurnas 2015. Vita Marissa memang dikenal sebagai atlet senior sekaligus mentor yang berbakat bagi para juniornya di klub. Dengan tekad yang kuat, pasangan Vita Marissa dan Rafiddias akhirnya berhasil meraih juara pada nomer ganda campuran di Kejurnas 2015. Karena prestasi inilah, akhirnya tahun ini Rafi bisa kembali berjuang di Pelatnas.

Sama seperti olahraga lain, tidak selamanya atlet-atlet bulutangkis ini meraih kemanangan. Tapi tentunya, kekalahan bukanlah akhir dari segalanya. Lilyana Natsir contohnya, pemain senior ini selalu menjadikan pengalaman kalah sebagai motivasi untuk bermain lebih baik lagi di kesempatan berikutnya. Bermain di nomer ganda memang bukan hanya soal skill dan kemampuan bermain bulutangkis, tapi juga bagaimana mengoptimalkan kenyamanan bermain dan komunikasi di lapangan untuk mencapai tujuan bersama.

Ingin berlatih bersama atlet-atlet senior bulutangkis yang siap untuk “menularkan” prestasinya? Mulailah dengan mengikuti Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2016 di 9 kota besar di Indonesia, daftar secara online sekarang juga!