Diluar Arena
Home > Berita > DILUAR ARENA > Meski Berlari Paling Belakang, Tapi Prestasi Harus Paling Depan
06 Oktober 2016
Meski Berlari Paling Belakang, Tapi Prestasi Harus Paling Depan
 
 

Perjalanan atlet muda Desandha Vegarani Putri sampai bergabung di Pelatnas PBSI di Cipayung tidak semudah yang dibayangkan orang. Berawal dari rasa penasaran karena melihat kakaknya bermain bulutangkis, Desandha kecil mulai merengek ke orangtuanya agar diperbolehkan ikut main. Alasannya sederhana, bulutangkis bisa membuatnya happy dan keasyikan.

Di usia 8 tahun, Desandha mulai berlatih bulutangkis secara privat dengan pelatih yang didatangkan orangtuanya. Ia juga selalu mendapat semangat dan motivasi, sehingga mulai semangat berlatih dengan sungguh-sungguh. Dengan giat berlatih, Desandha berharap bisa menjadi seperti Maria Kristin Yulianti, atlet idolanya saat itu.

Perjuangan Audisi Umum di Kudus

Dari Depok, Desandha bersama ibunya menggunakan bus umum untuk mencapai Kota Kudus. Awalnya mereka berdua sudah menempati tempat duduk yang nyaman, namun ternyata di tengah perjalanan, bus yang mereka naiki mengalami mogok. Akhirnya Desandha beserta sang ibu terpaksa pindah ke bus lain yang sudah penuh, ia bahkan tidak mendapat tempat duduk sehingga harus duduk di dekat kamar mandi sampai ke kota tujuan.

Nyatanya semua musibah itu tidak membuat Desandha patah semangat, buktinya pada Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis kala itu (tahun 2012), ia lolos dan berhasil bergabung dengan PB Djarum. Satu-satunya kesulitan yang ia alami adalah rasa minder karena usianya saat audisi sudah mendekati batas maksimal peserta. Artinya banyak peserta lain yang usianya jauh lebih muda dari dirinya.

Selalu Lari di Posisi Terakhir

Ada satu cerita unik saat Desandha baru mulai bergabung di PB Djarum. Meskipun berasal dari keluarga TNI, tapi ternyata Desandha kurang suka latihan fisik, akibatnya ia sering diminta mengulang latihan larinya karena selalu lari di posisi terakhir dan tidak memenuhi syarat waktu.

Untungnya ia selalu merasa termotivasi karena pelatih-pelatihnya di PB Djarum adalah para pemain top Indonesia pada masanya, termasuk idolanya Maria Kristin Yulianti. Apalagi sebagai pemain tunggal, ia harus bisa bermain dan menyelesaikan kesulitannya di lapangan seorang diri. Yang membuat Desandha grogi saat bertanding justru saat ia menemui  lawan yang lebih muda darinya. Serasa ada beban ketika ia kalah dari lawan tanding yang lebih muda usianya.

Meskipun selalu lari di urutan belakang, tapi nyatanya prestasi Desandha cukup menonjol : Juara kejurnas PBSI 2015 (tunggal taruna putri), Juara Djarum Sirnas Yogyakarta 2015 (Tunggal Taruna Putri) dan Runner up Pembangunan Jaya Cup 2015 (Beregu Campuran).

Kini di Pelatnas, Desandha harus lebih mandiri dan lebih aktif dalam berlatih. Sekarang atlet kelahiran Karanganyar, 18 Desember 1998 ini sedangkan ingin benar-benar menunjukkan bahwa ia mampu dan pantas berada di Pelatnas untuk membela nama Indonesia.

Desandha sudah berada di jalur yang tepat. Kini saatnya ia membuktikan kemampuannya bersama atlet-atlet lain yang sama-sama berjuang di Pelatnas PBSI. Semoga berhasil ya!