Turnamen Nasional
Home > Berita > OLIMPIADE RIO > [Olimpiade 2016] Curahan Hati Debby Susanto
15 Agustus 2016
[Olimpiade 2016] Curahan Hati Debby Susanto
 
 

Empat tahun lalu, Debby Susanto memang berada di arena Olimpiade 2012 yang digelar di London, Inggris, tetapi kala itu Debby “hanya” menjadi sparing partner tim Olimpiade Indonesia. Debby bersama Muhammad Rijal gagal meraih poin yang diperlukan agar bisa bertarung di pesta olahraga dunia empat tahunan itu.

Empat tahun berselang, Debby berhasil menjadi salah satu Olimpian tanah air. Bersama Praveen Jordan, Debby menjadi salah satu harapan tanah air untuk menoreh medali. Mereka sukses memetik dua kemenangan di fase grup A. Mereka sukses mengalahkan Lee Chun Hei Reginald/Chau Hoi Wah dari Hong Kong dengan 21-12, 19-21 dan 21-15, sementara atas Michael Fuchs/Birgit Michels asal Jerman, Jordan/Debby menang 21-16 dan 21-15.

Di laga penentuan juara grup, Jordan/Debby gagal mengulang kesuksesannya di arena All England 2016 yang bisa mengatasi Zhang Nan/Zhao Yunlei asal Tiongkok. Di Riocentro Pavilion 4, Jordan/Debby dipaksa menyerah 11-21 dan 18-21 oleh penghuni ranking satu dunia itu dan menjadikan mereka runner up grup A.

Di sisi lain, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir tampil gemilang, mereka sukses menjadi juara grup C usai menyapu bersih tiga pertandingan awal mereka. Keadaan ini memungkinkan kedua pasangan tanah air ini saling bersua di perempat final. Dan kenyataan pun menyajikan demikian, undian mempertemukan kedua pasangan harapan tanah air ini, Jordan/Debby berhadapan dengan Tontowi/Liliyana di perempat final.

“Saat tahu lawan Owi/Butet sempat sedih, kami sempat berharap untuk bisa pisah pool. Tetapi ya itu namanya jalan Tuhan berikan, kita tidak pernah tahu mau bagaimana. Tetap berjuang saja, namanya orang kalau usaha kan tidak ada yang tidak mungkin, aku cuma percaya kalau segala sesuatu bisa terjadi, itu yang ada dipikiran aku saat drawing keluar,” cerita Debby saat dihubungi tim www.pbdjarum.org.

Di laga perempat final yang digelar pada Senin (15/8) pagi waktu Indonesia, akhirnya langkah Jordan/Debby terhenti ditangan seniornya. Mereka dipaksa menyerah dalam dua game langsung 14-21 dan 12-21.

“Yang pasti ini memang Olimpiade terakhir untuk saya,” ujar Debby.

Ia pun menuturkan bahwa Olimpiade selalu menjadi impiannya sejak memutuskan untuk berkarir di dunia bulutangis. “Pengalaman ini benar-benar pengalaman luar biasa pastinya. Pertama kali datang ke sini (Rio de Janeiro – red) kayak mimpi yang tertunda. Empat tahun lalu, aku bilang dalam hati kalau aku harus bisa main Olimpiade bersama pemain-pemain hebat, ingin bisa bawa medali untuk keluarga. Tapi kan hidup orang ada jalannya masing-masing, yang penting aku usaha semaksimal mungkin, jadi apapun hasilnya aku nggak ada penyesalan, mungkin jalan terbaik Tuhan bukan sekarang,” tutur Debby.

Sebuah keputusan besar diambil Debby. Ia mengutarakan bahwa ini memang akan menjadi Olimpiade terakhir baginya, ia mengakui tak lagi mengejar Olimpiade 2020 yang akan digelar di Tokyo.

“Setiap orang pasti memiliki ambisi yang besar, dan ambisi itu tidak akan pernah ada habisnya. Tetapi ambil keputusan pun butuh keberanian dan pemikiran yang benar-benar lama,” tambahnya.

Debby pun bercerita mengenai persiapannya sejak berhasil memastikan diri berlaga di Olimpiade hingga persiapan dan karantina yang dijalaninya bersama tim bulutangkis Indonesia. “Saya sempat kena diare satu hari jelang Malaysia Open, setelah Papa Ayah Ko Iwan (kekasih Debby – red) meninggal. Mungkin saya terlalu sedih, kondisi saya sempat drop, mungkin masuk angin atau gimana, setelah itu saya kena diare parah sekitar satu bulan. Dan ini benar-benar tidak gampang, jadi stress juga mikirinnya. Kondisi aku turun, mulai dari tenaga, fisik, semuanya. Tetapi aku terus mencoba meyakinkan dalam hati sendiri kalau aku bisa. Usaha setiap hari, tidak gampang memang, tetapi semua bisa dilewati dan bisa kembali ke kondisi normal kayak sekarang,” ceritanya panjang.

Perjalan Debby di Riocentro memang sudah berakhir, ia pun sudah menuturkan bahwa ini Olimpiade terakhir baginya. Tetapi Debby belum mengungkapkan kapan ia akan gantung raket. “Di sisa tahun ini masih ada beberapa turnamen, semoga aku sama Ucok (panggilan Jordan – red) masih bisa menambah gelar,” tutur gadis asal Palembang ini.

Putri pasangan Susanto Darmawan dan Sugiaty Budiman ini mengakui bahwa pengalamannya selama persiapan hingga berada di tengah Olimpiade menjadi pengalaman paling berharga yang pernah dijalaninya. “Bisa main di Olimpiade dan membawa nama Indonesia itu pengalaman yang sangat berharga dan tidak bisa dibeli. Begitu masuk athlete village, merinding. Saya tidak menyangka ternyata perjuangan mengumpulkan poin selama ini bisa membawa saya untuk menginjakkan kaki di Rio.”

Saat diminta untuk mengutarakan rangkuman Olimpiade dalam satu kalimat baginya, ia menuturkan singkat. “Aku sangat menikmati setiap menit aku berada di lapangan,” pungkasnya.

Debby pun sempat mengutarakan permintaan maafnya karena belum bisa membawa pulang medali. Semangat Olimpiade tak hanya mengenai medali, tetapi bagaimana mengeluarkan kemampuan terbaik di arena. Terima kasih Debby atas perjuangan hingga perempat final Olimpiade Rio de Janeiro 2016. (RI)

Foto oleh Yves Lacroix/Badminton Photo