Wawancara
Home > Berita > AUDISI UMUM > Karena PB Djarum Gerbang Menuju Pentas Dunia
20 Maret 2017
Karena PB Djarum Gerbang Menuju Pentas Dunia
 
 

Perjalanan untuk menjadi seorang juara di arena memang tidak singkat. Para juara ini awalnya adalah anak-anak kecil yang berani bermimpi dan berkomitmen sejak usia muda mereka. Tak ada lagi bermain usai sekolah, namun mereka harus berlatih untuk mengejar mimpi. Inilah yang dilakukan oleh Kevin Sanjaya Sukamuljo sejak kecil, juara All England 2017 sekaligus penghuni peringkat satu dunia.

Kevin mulai mencintai bulutangkis sejak dini. Di usianya yang ketiga, Kevin yang kerap menyaksikan sang ayah bermain bulutangkis pun akhirnya jatuh cinta dengan olahraga tepok bulu ini. Sejak usia 3,5 tahun, bungsu pasangan Sugiarto Sukamuljo dan Winartin Niawati sudah mulai bermain dengan raket dan shuttlecock. Melihat bakat sang anak, sang ayah pun langsung mengarahkannya untuk berlatih lebih serius. Tak tanggung, sang ayah empat kali dalam sepekan mengantar dan menjemput Kevin beserta sang kakak untuk berlatih di PB Putra 46 di Jember. Perjalanan Banyuwangi – Jember – Banyuwangi pun ditempuh agar Kevin kecil bisa memiliki dasar bermain bulutangkis yang baik.

“Kevin waktu itu masih TK dan kakaknya SD, itu sama-sama berlatih di Jember. Setiap seminggu empat kali  Banyuwangi – Jember, jadi Kevin itu waktu kecil kalau pulang sekolah tidak pulang ke rumah dulu, tapi langsung ke tempat latihan. Saya pun menyiapkan mobil yang biar mereka bisa tidur,” kenang sang ibu.

“Ayahnya memang yang mengerti bulutangkis, jadi memang dia bilang pelatih yang bagus untuk anak-anak ada di Jember. Kurang lebih satu tahun pulang pergi Banyuwangi – Jember itu,” tambahnya.

Perjuangan Kevin yang didukung penuh orang tuanya pun masih terus berlanjut. Kevin kecil akhirnya bisa berlatih di Banyuwangi. Setiap pelatih terbaik di Banyuwangi pernah turut melatih Kevin kecil. “Setelah kakaknya masuk SMP, kakaknya pilih jalur akademis kalau Kevin dia memang maunya di bulutangkis. Selama itu, di Banyuwangi Kevin terus pindah-pindah, kayaknya semua pelatih di Banyuwangi pernah melatih Kevin,” tambahnya.

Kevin pun berada dibawah asuhan PB Sari Agung sebelum akhirnya sang ibu tidak sengaja melihat iklan Audisi Umum Djarum Beasiswa Bultuangkis di sebuah media cetak. “Waktu itu hanya ada iklan, kalau tidak salah sekitar April atau Mei tahun 2006. Di pojok kanan itu ada tulisan kalau PB Djarum sedang mencari bibit baru, dan sedang membangun GOR. PB Djarum kan klub besar, kalau Kevin bisa masuk kan saya juga senang, meski waktu itu memang saya tidak mengerti bagaimana caranya ikut Audisi,” ceritanya.

Diantara klub-klub papan atas tanah air, PB Djarum yang sudah mencetak atlet-atlet papan atas dunia pun menjadi klub impian Kevin kecil. Sang ibu pun berusaha untuk mencari informasi cara pendaftaran Audisi Umum. “Saya telpon sana sini, mulai dari Djarum di Banyuwangi, Djarum di Surabaya sampai akhirnya dapat telpon ke PB Djarum. waktu itu yang angkat telpon saya pak Edi Prayitno, dan akhirnya saat itu juga saya bilang kalau saya mau daftarkan Kevin untuk ikut Audisi,” kenangnya.

Sayang, di Audisi Umum pertamanya, Kevin kecil harus gagal. Ia tak bisa bergabung bersama PB Djarum di tahun 2006. “Dia kelihatan sedih, ada klub lain juga kan di Surabaya. Saya juga bilang sama dia, kalau Djarum itu jauh di Kudus, tapi memang dia cuma maunya ke Djarum, Kevin bilang kalau mau di Djarum ya sudah Djarum saja. Saya juga bilang, kalau nanti memang bisa diterima Djarum tahun depan, kamu jangan sampai sia-siakan kesempatan itu, itu tanggung jawab pilihan kamu,” pungkasnya.

Kevin kecil pun sudah berkenalan dengan kegagalan, tetapi dengan semangat dan kegigihannya ia tak menyerah. Ia terus berlatih untuk bisa kembali mendaftarkan diri untuk Audisi Umum tahun 2007.