Wawancara
Home > Berita > AUDISI UMUM > [Audisi Umum 2018] Saat Keterbatasan Tak Lantas Jadi Batas
21 Juli 2018
[Audisi Umum 2018] Saat Keterbatasan Tak Lantas Jadi Batas
 
 

Eka Puspita Anggraini datang ke GOR Sudirman, Surabaya dengan mengenakan nomor punggung 0255. Peserta asal Nganjuk, Jawa Timur ini datang bersama ibundanya, Krida Eka Yunita. Jika dilihat sepintas, peserta yang akrab disapa Anggi ini tak terlihat berbeda dengan peserta lainnya.

Namun, ia menjadi satu-satunya peserta yang didampingi orang tua di pinggir lapang jelang tahap screening. Bukan karena ia manja, tetapi karena ia memang tak bisa berkomunikasi seperti anak lainnya. Anggi lahir tuna rungu dan tuna wicara.

“Anggi lahir melalui proses kelahiran normal tapi di usia 1,5 tahun saya baru tahu kalau Anggi ternyata memang berbeda dengan anak lainnya. Ia tidak bisa mendengar dan berbicara,” cerita sang ibunda.

Anggi lahir di Nganjuk, 18 Januari 2008. Meski baru berusia 10 tahun, Anggi saat ini tercatat sebagai siswi kelas enam di SD Negeri Inklusi Werungotok 2, Nganjuk, Jawa Timur.

“Selain tuna rungu dan tuna wicara, Anggi juga agak hiperaktif. Dan saat itu saya kesulitan mencari sekolahan. dan karena saat itu saya minta tolong ke kepala sekolah, dan berjanji Anggi bisa berprestasi di bidang non akademik akhirnya kepala sekolah mengizinkan Anggi untuk sekolah di sana. Meskipun memang di sekolah kami juga harus berjuang. Anggi sering disebut anak tuna rungu dan tuna wicara buat apa sekolah di sekolah negeri, tapi saya ingin Anggi jadi anak yang mandiri, agar dia bisa hidup seperti orang lain nantinya,” kenang Krida.

Sebelum benar-benar menekuni bulutangkis, Krida sempat memberikan berbagai macam kegiatan di luar sekolah untuk Anggi. “Awalnya renang tapi karena dia pakai alat pendengaran jadi tidak bisa. Dia juga sempat mencoba atletik, tapi karena tempatnya sangat jauh saya tidak bisa mengantar, lalu kemudian dia ikut papanya main-main bulutangkis. Saya juga tidak menyangka Anggi bisa berpretasi,” lanjutnya.

Baca juga: [Asia Junior Championships 2018] Buat Kejutan, Ribka/Febriana ke Babak Final

Prestasi Anggi tak bisa dipandang sebelah mata, setelah berhasil bersaing di kejuaraan tingkat kabupaten, ia tampil gemilang tahun lalu. Ia sukses menjadi juara Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2017 yang digelar di Solo.

“Tahun lalu menjadi salah satu momen paling menyenangkan bagi Anggi. Dia bisa juara Peparnas, dia selalu bilang ingin bisa sukses seperti Liliyana (Natsir),” cerita ibu tiga orang anak ini.

Krida setiap hari mengantar Anggi berlatih. Mereka harus menempuh waktu perjalanan 30 hingga 60 menit dari rumah ke tempat latihan. “Setiap hari saya antar langsung Anggi ke tempat latihan, kadang dia bilang capek, tapi saya selalu ingatkan kalau ingin seperti idolanya, Anggi harus tetap semangat,” lanjut Krida.

Lolos tahap turnamen, Anggi akhirnya harus kalah di babak pertama tahap turnamen. Di pertandingan yang digelar pada Sabtu (21/7) petang, Anggi harus mengakui keunggulan Xabria Novrani A dengan skor akhir 13-21 dan 20-22.

Meski telah terhenti di GOR Sudirman, Anggi menuturkan akan kembali mencoba mengikuti Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis yang akan digelar di Solo pada 4 hingga 6 Agustus mendatang.

“Semoga dia bisa berprestasi seperti yang dia inginkan, dan jika memang bisa bergabung bersama PB Djarum, ini juga akan meringankan beban ekonomi keluarga saya. Meskipun ini dia langsung kalah karena sepertinya dia tegang, ini pertama kali ikut audisi, tapi saya berencana akan kembali ikut nanti di Solo,” pungkas Krida. (RI)

Baca juga: [Audisi Umum 2018] 60 Peserta Putri Melaju ke Tahap Turnamen