Wawancara
Home > Berita > AUDISI UMUM > [Audisi Umum 2016] Ade Chandra, Legenda Turun Perdana di Audisi Cirebon
24 April 2016
[Audisi Umum 2016] Ade Chandra, Legenda Turun Perdana di Audisi Cirebon
 
 

Ada yang menarik di arena audisi umum PB Djarum 2016 yang berlangsung di kota Cirebon yang mulai berlangsung kemarin, Sabtu (24/04) hingga Senin (26/04). Kota ini kedatangan salah satu legenda bulutangkis yang jarang muncul di depan khalayak. Ia adalah Ade Chandra yang semasa aktif sebagai pemain, telah memenangkan berbagai gelar juara turnamen bulutangkis bergengsi di dunia, berpasangan dengan legenda lainnya Christian Hadinata.

Audisi di kota Cirebon ini merupakan pertama kali buat Ade Chandra bergabung dalam rangka mencari pemain berbakat untuk nantinya menjadi calon penerima beasiswa bulutangkis Djarum.

“Audisi ini program yang bagus sekali untuk memasalkan bulutangkis. Dengan audisi, bakat-bakat terpendam di berbagai daerah, bisa terpantau secara langsung. Saya senang sekali diajak menjadi bagian dari tim pencari bakat,” tutur Ade.

Mengenal Ade Chandra

Ade Chandra lahir di Jakarta tanggal 4 Februari 1950 dari pasangan James Chandra dan Vivi Kumala. Ade termasuk pemain yang diangap terlambat belajar bulutangkis. Ia mulai bermain di umur 12 tahun di lapangan di depan rumahnya. Dengan postur yang tinggi besar, ia sangat senang melakukan smash dan smashnya terbilang keras untuk seusia-nya. Bahkan ia sempat menjuarai sebuah kejuaraan untuk usia 15 tahun

Dari situlah ia mulai mnekuni bulutangkis secara serius, dan bergbung dengan salah satu klub ternama, Tangkas Jakarta. Kemampuan Ade semakin terasa setelah bergabung di klub. Tidak jarang, ia menjuarai kejuaraan level yunior baik tunggal maupun ganda. Tahun 1969, ia sudah terpilih sebagai anggota tim PON DKI di usia baru 19 tahun.

Tahun 1970, ia mewakili DKI Jakarta untuk mengikuti seleksi nasional ganda putra. Adeakhirnya terpilih, walaupun pasangannya tidak ikut terpilih masuk Pelatnas. Di Pelatnas, Ade dipasangkan dengan Christian Hadinata. Pasangan ini mengikuti turnamen All England untuk pertama kali tahun 1972.

“Dulu berangkat ke All England, tidak seperti sekarang. Kami berangkat dengan 2 pemain tunggal tanpa didampingi pelatih maupun manajer. Menginapnya pun tidak di hotel tetapi di asrama Kedutaan,” tutur Ade

Meskipun baru pertama kali ikut All England, Ade bersama Christian langsung menjadi juara. Tahun berikutnya, All England 1973, Ade/Christian kembali dikirim. Kali ini mereka berangkat enam orang. Ada penambahan satu pasangan pemain ganda Tjun Tjun/Johan Wahyudi. Ade/Christian kembali menjadi juara setelah mengalahkan rekannya Tjun Tjun/Johan.

Ajang All England 1974, menjadi cerita tersendiri buat Ade. Ia baru saja mengalami kecelakaan motor dan cedera tangan. Ade tetap diberangkatkan, tetapi setelah di London, ia dilarang main oleh pengurus PBSI karena dikhawatirkan cedera makin parah. Harapannya untuk mencetak hattrick menjadi kandas. Penampilannya diajang All England kemudian malah sering terjegal rekannya Tjun Tjun/Johan. Tercatat empat kali kali, Ade/Christian kalah dari pasangan tersebut di final yakni tahun 1974, 1975, 1977 dan 1978. Sedangkan tahun 1976, ganti pasangannya Christian Hadinata yang mengalami cedera.

Seperti beberapa pemain bulutangkis lainnya, Ade Chandra sempat mengalami masalah dengan status kewarganegaraannya. Meskipun lahir di Indonesia, ia tak lantas mendapat pengakuan sebagai WNI. Setiap kali ke luar negeri, ia diberikan pasport, lalu setelah pulang harus dikembalikan. Pengakuan sebagai WNI akhirnya ia peroleh tahun 1974, setelah berkali-kali membawa nama Indonesia di podium juara.

Ade Chandra juga merupakan andalan Indonesia diajang Piala Thomas. Ia tiga kali bergabung menjadi anggota tim di kejuaraan beregu putra bergengi tersebut, yakni tahun 1973, 1976 dan 1979. Selama ia bergabung, tim Thomas Cup Indonesia selalu meraih juara.

Tahun 1980, Ade kembali mencatat prestasi gemilang. Ia dan Christian berhasil merebut gelar juara dunia di pertandingan yang berlangsung di Jakarta. Menurut Ade, tampil di negeri sendiri merupakan salah satu kebanggaan buatnya. Ia selalu punya motivasi lebih bila tampil di Istora.

“Teriakan dukungan dari penonton membuat saya seolah mendapat tenaga tambahan. Selain itu, saya dapat memberikan kebanggaan buat orang tua,” tutur Ade.

Ade/Christian juga melengkapi gelarnya dengan menjuarai Swedish Open dan Denmark Open 1980. Salah satu gelar penting lainnya, mereka merebut medali emas Asian Games di Bangkok tahun 1978. Kemudian, tahun 1982, Ade memutuskan untuk gantung raket meskipun pasangannya Christian Hadinata masih terus bermain hingga beberapa tahun kemudian. (Hendri.K)