Sirkuit Nasional
Home > Berita > SIRKUIT NASIONAL > Djarum Sirkuit Nasional Tegal Usai Sudah
22 Juli 2010
Djarum Sirkuit Nasional Tegal Usai Sudah
 
 

Tegal – Djarum Sirkuit Nasional keenam yang berlangsung di Tegal, kini telah usai sudah. Enam hari Kota Bahari ini diramaikan oleh atlet-atlet bulutangkis tingkat nasional. Tak terkecuali PB Djarum menurunkan punggawa dan srikandi terbaiknya di ajang berhadiah total Rp 165.000.000 tersebut.

PB Djarum akhirnya menggengam dua gelar juara ditambah dua gelar dari besutan PB Djarum yang kini berada di kawah candradimuka bulutangkis, Pelatnas Cipayung pun turut mengukir prestasi manis melalui pasangan ganda dewasa putra Andrei Adistia/Rachmat Adianto dan Jenna Gozalli yang bermain dinomor ganda campuran.

Ribuan partai pertandingan telah usai digelar. Hari-hari yang panjang telah berlalu. Hari pertama dan kedua sepertinya menjadi hari yang paling melelahkan bagi para petugas lapangan. Terlihat beberapa hakim garis memilih untuk tidur dibangku penonton kala mereka tidak kebagian tugas.
Ada lagi yang unik, Mungkin bagi anda tidak aneh untuk bisa menikmati sarapan di Jakarta, makan siang di Bandung dan makan malam di Jakarta. Tapi apakah pernah anda membayangkan saat anda sarapan di Tegal, makan siang di Jakarta dan makan malam di Tegal, dan harus diselingi dengan bertanding bulutangkis?

Mungkin anda akan membayangkan bagaimana lelahnya menempuh perjalanan ratusan kilo meter dan harus meraih angka untuk bisa memenangkan sebuah pertandingan. Bagi saya itu suatu hal yang mustahil, namun tidak bagi atlet taruna PB Djarum, Praveen Jordan.
Dia yang melakoni perjalanan antara kota yang cukup jauh demi membuat passport terkait keikut sertaannya ke Singapura Internasional Series yang akan berlangsung mulai hari Rabu (21/7).

“Bukan gak capek, tapi ya memang sudah harus begitu, ya jalani saja lah,” ucap atlet yang kerap disapa Ucok ini.
Lebih unik lagi adalah antusiasme para penggemar bulutangkis di Tegal ini. Di partai final kemarin para penonton memenuhi arena, hingga tak ada tempat tersisa untuk berjalan di pinggir lapang. GOR yang sempit tak mampu untuk menghambat kecintaan mereka terhadap bulutangkis.

Bahkan di partai terakhir antara Gloria Emanuelle Widjaja/Deariska Putri Medita yang melawan Dian Fitriani/Aris Budiarti menjadi partai paling menarik perhatian. Penonton tak segan-segan untuk berdiri mengelilingi lapangan pertandingan. Tidak ada lagi space untuk berjalan apalagi untuk mengabadikan moment pertandingan. Semuanya tertutup oleh para penonton yang mulai duduk, hingga berdiri diatas kursi. Dari lima kota sebelumnya, Kota Bahari kini menjadi kota yang harus saya nobatkan sebagai Kota dengan Fanatisme bulutangkis yang tinggi. (IR)