Turnamen Nasional
Home > Berita > TURNAMEN INTERNASIONAL > Awal Prestasi di Olimpiade
29 Juli 2008
Awal Prestasi di Olimpiade
 
 

PB Djarum membuktikan diri sebagai institusi olah raga yang tak pernah kering prestasi. Dimulai dengan era "Tujuh Pendekar" yang dimotori Liem Swie King yang merebut berbagai kejuaraan internasional perorangan seperti All England maupun kejuaraan beregu seperti piala Thomas, muncul kemudian "Delapan Jagoan" baru PB Djarum yang sangat berprestasi dalam dunia bulutangkis di era 1990-an. Mereka itu adalah Ardy Bernadus Wiranata, Alan Budi Kusuma, Eddy Hartono, Gunawan, Hariyanto Arbi, Denny Kantono, Antonius, dan Sigit Budiarto.

Alan berada di barisan terdepan dari para generasi baru ini yang menunjukkan potensi menjadi juara. Indikasi itu terlihat pada 1989 saat ia masuk final di Swedia Terbuka dengan mengalahkan Foo Kok Keong, meskipun akhirnya kalah dari pemain kawakan Denmark, Morten Frost Hansen. Tahun itu pula di kejuaran dunia tak resmi, All England, Gunawan/Eddy Hartono masuk final sebelum menyerah dari Park Joo-Bong/Lee Sang-Book (yang menggantikan Kim Moon-Soo setahun karena mengikuti program wajib militer). Pada tahun yang sama, Ardy juga mendapat giliran menunjukkan bakatnya ketika berhasil menembus final Kejuaraan Dunia di Jakarta, setelah menang susah payah dari Eddy Kurniawan di semifinal yang dramatis karena berlangsung tiga set sampai Ardy muntah-muntah di lapangan. Sayang, di laga puncak Ardy "kalah tua" dari Yang Yang. Beberapa keberhasilan itu merupakan awal dari kiprah para generasi penerus PB Djarum yang mulai naik orbit seiring menurunnya pemain senior seperti Eddy Kurniawan.

Kemudian pada 1991, PB Djarum berhasil menciptakan All-Indonesia Final (bisa juga disebut All Djarum Final) di Swedia Terbuka antara Ardy versus Fung Permadi yang dimenangkan Ardy. Ardy pun sontak meroket karena di tahun itu pula ia memenangkan gelar bergengsi All-England, mengalahkan Foo Kok Keong di final. Munculnya Ardy ke podium juara All-England memang amat dinanti-nantikan. Karena, sejak terakhir kali Liem Swie King juara 1981, tunggal putra Indonesia harus menunggu 10 tahun untuk dapat kembali membumikan kampiun prestisius tersebut.

Pada 1991 pula Alan mencatat lompatan prestasi signifikan dengan lolos ke partai puncak Kejuaraan Dunia di Kopenhagen, Denmark. Sayang, kali ini ia terbentur oleh jagoan Cina lainnya, Zhao Jianhua. Saat itu Zhao memang jadi penerus ketangguhan tunggal putra Cina pasca Yang Yang. Karenanya pula, Zhao pun diunggulkan bakal keluar sebagai juara Olimpiade 1992 di Barcelona, Spanyol, yang pertama kali mempertandingkan cabang bulutangkis secara resmi. Tapi, berkat kegigihan laskar Djarum, ketakutan itu pun dapat disingkirkan. Adalah Hermawan Susanto, atlet yang dilahirkan PB Djarum, yang berhasil menjegal Zhao di perempat final.

All-DJARUM FINAL

Selanjutnya, Ardy berhasil menundukkan Hermawan di semifinal. Pada semifinal lainnya, Alan menyisihkan Thomas Stuer Lauridsen. Maka All-Djarum Final pun tercipta. Alan yang sebelumnya kurang diunggulkan daripada Ardy, ternyata tampil sebagai kampiun. Puncak prestasi itu menjadi terasa paripurna bagi Alan, karena sang kekasih (kini istrinya) Susi Susanti juga keluar sebagai juara tunggal putri setelah di final mengalahkan Bang Soo-Hyun.

"Itu adalah momen terindah dalam perjalanan karir saya di bulutangkis. Saya tentu sangat bersyukur karena berkesempatan menimba ilmu di PB Djarum yang akhirnya mengantar saya menjadi juara Olimpiade," ujar Alan, yang bergabung dengan PB Djarum pada 1986. "Saya memutuskan pindah ke PB Djarum dari klub Suryanaga, karena saya ingin memperoleh pembinaan yang lebih baik. Dan, nyatanya memang demikian. Pengalaman yang diberikan kakak-kakak saya seperti Liem Swie King sangat membantu dan meningkatkan kualitas teknik maupun cara saya bermain," imbuh Alan.

Kesempatan PB Djarum menyumbang emas lebih banyak di Barcelona 1992 sebenarnya terbuka saat pasangan Eddy Hartono/Gunawan berhasil meluncur ke final. Sayang, mereka gagal menumbangkan duet kuat Korsel, Park Joo-Bong/Kim Moon-Soo. Tapi, apa yang telah dicapai Eddy/Gunawan itu sudah merupakan prestasi maksimal. Karena, di tahun yang sama, mereka sudah mengantongi gelar juara All-England.

Sejak momen itu, gelar demi gelar pun meluncur dari anak-anak PB Djarum di kejuaraan-kejuaraan penting kalender IBF, International Badminton Federation (yang saat ini diganti menjadi BWF, Badminton World Federation). Ardy termasuk paling produktif mencetak gelar di periode 1990-an. Antara lain dengan memenangkan All England (1991), Piala Dunia (1991), Final grandprix (1994), Indonesia Terbuka (enam kali) serta beberapa turnamen lain di Eropa dan Asia. Sementara itu, ketika era Alan dan Ardy belum surut, Hariyanto Arbi datang untuk menjamin terciptanya kesinambungan tradisi emas PB Djarum bagi Ibu Pertiwi.

Kemunculan Hary-sapaan Hariyanto Arbi-terbilang fenomenal. Dalam tiga tahun beruntun, adik kandung Hastomo Arbi ini menyabet kampiun All England (1993, 1994) dan Kejuaraan Dunia 1995. Gaya smesh lompatnya mengingatkan Hary dengan legenda Djarum, Liem Swie King. Ia sendiri menjuluki dirinya dengan "Smesh 100 Watt."

Pada Olimpiade 1996 Atlanta, Amerika Serikat, medali perunggu disumbangkan pasangan ganda putra PB Djarum lainnya, Denny Kantono/Antonius. Tradisi prestasi yang dipelopori PB Djarum berlanjut di Olimpiade 2000 Sydney di mana Minarti Timur, yang berpasangan dengan Trikus di nomor campuran, meraih kepingan perak. Dikombinasikan dengan prestasi yang diraih Sigit Budiarto (berpasangan dengan Chandra Wijaya) di ganda putra yang berhasil memenangkan beberapa kejuaraan besar seperti All England (1999 dan 2003), Kejuaraan Dunia (1997) dan beregu Thomas Cup (1998, 2000, 2002) .Dan, pada Olimpiade 2004 di Athena, giliran Eng Hian yang meraih medali perunggu (berpasangan dengan Flandy Limpele di ganda putra).

Harapannya, walaupun cukup berat peluangnya, PB Djarum dapat menjaga tradisi medali itu di Olimpiade 2008 di Beijing nanti. Mengandalkan Maria Kristin sebagai satu- satunya wakil tunggal putri terbaik dari bangsa ini yang lolos ke Beijing ditambah dengan Luluk Hadiyanto wakil ganda putra (yang berpasangan dengan Alvent), PB Djarum tetap terus menjaga intensitasnya dalam upaya mengharumkan bumi pertiwi.

Artikel PB Djarum