Wawancara
Home > Berita > WAWANCARA > Diskusi Bulutangkis - Untar Siap Jemput Bola
21 Januari 2010
Diskusi Bulutangkis - Untar Siap Jemput Bola
 
 

Merosotnya prestasi bulutangkis Indonesia dikancah internasional belakangan ini begitu mengusik perhatian suhu bulutangkis tanah air.

"Saya kadang menggerutu sendiri melihat prestasi pemain Indonesia belakangan ini. Olahraga bulutangkis sudah tidak memberikan kegembiraan dan pesta pora bagi masyarakat seperti dulu lagi." sebut Singgih D. Gunarsa (75), psikolog tim bulutangkis Indonesia tahun 1967-1990an.

Hal senada juga disampaikan oleh M.F. Teknokrat olahraga sekaligus mantan sekjen PB PBSI ini menyebut bahwa cabang yang sukses mempertahankan tradisi emas di Olimpiade Barcelona 1992, Atlanta 1996, Sidney 2000, Athena 2004 hingga Beijing 2008 ini memang memiliki tanggung jawab dan tuntutan lebih besar.

"Hanya, karena pondasi olahraga Indonesia rapuh, prestasi bulutangkis juga ikut merosot. Inilah saatnya menuntut PBSI agar memiliki grand strategy pembinaan prestasi, misalnya hingga tahun 2025," kata Siregar.

Menurut dosen Fak. Psikologi Universitas Indonesia, Enoch Markum, memudarnya prestasi bulutangkis Indonesia ditengarai karena aspek psikologi diterlantarkan. Selain mereka, dalam diskusi terbatas di kampus Tarumanegara, Jakarta Barat, Kamis (14/1), hadir pula sekjen PBSI, Jacob Rusdianto, Yan Haryadi (Djarum), mantan pemain Rosiana Tendean dan Lilik Sudarwati, psikolog olahraga Yuanita Nasution dan Rosa Hertamina, wartawan Ian Situmorang, Broto Happy W. (BOLA), serta Hendri Ch. Bangun (Warta Kota).

Diskusi yang difasilitasi oleh rektor Untar, Monti P. Satiadara dan Ketua Yayasan Untar, Serian Wijatno ini mengerucutpada gagasan untuk memajukan bulutangkis Indonesia lewat diskusi yang melibatkan lebih banyak peserta. Rencananya, tanggal 11 Februari digelar simposium bertajuk "Mengembalikan Supremasi Bulutangkis Indonesia". Setelah itu, sebagai tindak lanjut, pada Maret berlangsung seminar dan pada Mei digelar workshop. (bhw)

Sumber: Tabloid Bola