Wawancara
Home > Berita > WAWANCARA > Wawancara dengan Fung Permadi
20 November 2009
Wawancara dengan Fung Permadi
 
 

Fung Permadi adalah pemain bulutangkis binaan PB Djarum yang mengalami kejayaannya pada dekade 1990-an, selain membela Merah Putih, ia juga sempat berkarir di negara Taiwan dan menduduki peringkat ke-2 dunia. Posisinya kini adalah sebagai Manajer Tim PB Djarum. Di tengah kesibukannya, ia menyempatkan diri untuk di wawancara kami (06/11/2010)

PB Djarum : Bagaimana mengenal bulutangkis pada waktu usia masih kecil ?

Fung Permadi : Mengenal bulutangkis pada usia 4 tahun di kota kelahiran saya, Purwokerto (lahir, 30 Desember 1967). Pada usia 12 tahun Ibu saya mengarahkan kepada saya agar lebih serius di bulutangkis. Lalu dengan berjalannya waktu, saya ditemukan oleh seorang pelatih yang bertugas mencari bibit pemain –pemain bulutangkis, yang akhirnya setelah terkumpul beberapa pemain berkembanglah perkumpulan tersebut menjadi sebuah PB (Perkumpulan Bulutangkis) Tunas.

PB Djarum : Adakah hal lain yang mempengaruhi untuk serius menjadi atlet ?

Fung Permadi : Diwaktu usia saya masih kecil sudah senang berolahraga apapun, seperti tennis, sepakbola, bulutangkis. Khusus untuk bulutangkis saya sering membaca pemberitaan di koran- koran tentang keberhasilan Liem Swie King yang meraih beberapa gelar Internasional di tahun 1980an, juga Rudy Hartono. Saya kumpulkan menjadi kliping untuk saya baca ulang. Hal tersebut mempengaruhi saya untuk serius menekuni bulutangkis.

PB Djarum : Lalu bagaimana sejarahnya masuk ke PB Djarum ?

Fung Permadi : Di klub Tunas saya mengikuti beberapa pertandingan lokal dan menghasilkan beberapa prestasi. Hermawan Susanto, keponakannya Liem Swie King yang berasal dari Kudus sering menjadi lawan saya di beberapa pertandingan lokal, ia bersama saya berniat untuk mencoba melamar menjadi atlet di PB Djarum di kota Kudus. Setelah melakukan tes, saya diterima

PB Djarum : Apakah ada pertentangan dari orang tua ?

Fung Permadi : Waktu masih kecil belum ada pertentangan. Tapi begitu memasuki sekolah menengah pertama (SMP) menjelang rencana berangkat ke PB Djarum di Kudus, Ibu sempat mempertanyakan keinginan saya untuk serius menjadi atlet dibandingkan jalur akademis. Namun, hati saya tetap pada pendirian dan Ibu pun merestui.

PB Djarum : Pada saat bergabung di PB Djarum punya harapan apa?

Fung Permadi : Pastinya saya punya keinginan untuk meraih prestasi di bulutangkis, karena terbayang dengan suasana yang ada di PB Djarum pada saat itu, seperti prestasi Liem Swie King yang terus di publikasikan.

PB Djarum : Lalu kapan ditarik ke pelatnas PBSI pada saat itu ?

Fung Permadi : Tahun 1986 saya masuk ke pelatnas sampai dengan 1994. Saya meraih prestasi di Polandia, Belanda, Kanada, Jerman dan Amerika Serikat.

PB Djarum : Pemain seangkatan yang mumpuni pada saat itu ?

Fung Permadi : Hermawan Susanto, Alan Budikusuma, Ardy B. Wiranatha, Joko Suprianto, Yang Yang dari China

PB Djarum : Bagaimana perjalanan untuk berkarir di Taiwan ?

Fung Permadi : Setelah tahun 1994, prestasi saya sudah kurang menonjol, banyak pemain- pemain muda yang juga mulai masuk dan meraih prestasi seperti Hariyanto Arbi, Hendrawan, Marleve Mainaky. Saya merasa kesempatan saya sudah semakin menipis untuk bertahan di pelatnas, saya memutuskan untuk pergi ke Australia untuk mencoba berkarir disana. Tapi saya mendapati bahwa untuk mencari sponsor sangat sulit disana. Saya mengikuti turnamen dengan biaya sendiri, dan hasil yang didapatkan ternyata tidak mampu menutupi biaya perjalanan tersebut. Lalu saya kembali ke PB Djarum. Tahun 1995, di Taiwan ada sebuah bank yang mendirikan klub bulutangkis dan saya bergabung disana sambil menemani Ibu saya yang tinggal di Taiwan. Awalnya saya berposisi sebagai sparing saja di pelatnas sana, lalu kemudian saya diminta untuk melanjutkan karir sebagai pemain dan akhirnya saya sempat menempati posisi rangking dua dunia pada tahun 1999. Pada saat itu peringkat satu-nya ada Peter Gade dari Denmark. Kemudian saya menjadi pelatih nasional Taiwan 2005 – 2006. Setelah itu saya bergabung ke PB Djarum menjadi manajer tim hingga saat ini.

PB Djarum : Perbedaan tanggung jawab sebagai pemain dan manajer tim ?

Fung Permadi : Menjadi pemain tanggung jawab saya adalah fokus kepada prestasi pribadi yang tentunya dapat mengangkat nama institusi baik itu klub, maupun negara. Namun, dengan tanggung jawab sebagai manajer tim tentunya cakupannya menjadi lebih luas dan lebih berat dari pada pemain.

PB Djarum : Maksudnya lebih berat ?

Fung Permadi : Karena saya harus menjaga institusi, meningkatkan prestasi para atlet, dan dituntunt memiliki program pelatihan yang tepat.

PB Djarum : Bagaimana cara anda untuk membawa klub memperoleh hasil sesuai harapan ?

Fung Permadi : Pada dasarnya saya fokus pada Visi PB Djarum ” Menjadi klub terbaik Indonesia yang penuh dengan pemain-pemain bulutangkis top dunia asal Indonesia”. Lalu saya terus menyempurnakan sistem keorganisasian, fasilitas, dan kepelatihan. Dengan dukungan pimpinan Djarum, saya merasa bahwa klub ini sudah berada di track (jalur) yang benar untuk mencetak pemain- pemain kelas dunia kedepannya. Tetapi kita tetap harus terus meng-update perkembangan iptek bulutangkis dunia, karena perkembangannya sangat cepat.

PB Djarum : Dilihat dari kondisi prestasi bulutangkis Indonesia saat ini, sepertinya masih terus berupaya untuk mengejar gap prestasi, misalnya dengan negara China ?

Fung Permadi : Ya, setidaknya di PB Djarum saya terus berusaha untuk mengecilkan gap yang ada. Salah satunya, mengubah mindset pelatih membina atlet berdasarkan pengalaman, dengan kurang memperhatikan perkembangan pola kepelatihan yang berkembang di dunia. Itu yang saya tekankan kepada para pelatih untuk terus memperhatikan perkembangan yang ada.

PB Djarum :Sekitar berapa lama lagi, dari potensi atlet- atlet yang dimiliki, dapat berbicara di prestasi internasional ke depan?

Fung Permadi : Saya menaruh harapan pada generasinya Riyanto Subagja (tunggal putra- juara Auckland International di New Zealand 2009, kelahiran tahun 1993). Sekitar 3 -4 tahun ke depan saya berharap prestasi sudah terlihat menonjol, dengan harapan semua dukungan berjalan tentunya. Pesaing- pesaing dari negara lain seperti China, saya beranggapan kualitasnya sama pada generasi tersebut. Kita harus fokus pada pemain yang menonjol kualitas permainannya, diharapkan dengan fokus pada pemain tersebut diharapkan akan terjadi tarikan prestasi terhadap para pemain dari sektor lain. Karena tren-nya seperti itu, kalau langsung semua sektor ingin berhasil saya rasa sangat sulit.

PB Djarum : Jika ingin dicapai dengan waktu yang lebih pendek lagi, pada generasi mana yang memungkinkan ?

Fung Permadi : Saya ada harapan terhadap Hayom (Dionysius Hayom Rumbaka , Juara I Australian Open Gran Prix 2009, kelahiran tahun1988), generasi dia dari negara lain seperti China adalah Chen Jin, Chen Long. Memang persaingannya cukup ketat pada generasi ini.

PB Djarum : Ok, Terimakasih atas waktu yang diberikan.

Fung Permadi : Sama- sama