Alumni
Home > Profil > Player of the month > Tontowi/Liliyana Catat Sejarah
April 2014
Tontowi/Liliyana Catat Sejarah

Indonesia patut berbangga kepada atlet PB Djarum, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Ganda campuran andalan merah putih ini berhasil mencatatkan diri sebagai peraih gelar hattrick di turnamen tertua, All England. Mereka menjadi ganda campuran pertama yang berhasil menjadi juara tiga kali beruntun di era bulutangkis yang menggunakan rally point.

Kemenangan mereka ini menyamai rekor ganda Korea, Park Joo Bong/Chung Myung Hee yang menjadi juara di tahun 1989 - 1991, Gao Ling dari negeri tirai bambu memang meraih hattrick, tapi ia dapatkan dengan dua partner berbeda. Di tahun 2006, ia berpasangan dengan Zhang Jun, sementara di tahun 2007 dan 2008 ia menang bersama dengan Zheng Bo.

Catatan mereka di Birmingham tahun 2014 ini pun patut diacungi jempol. Dari enam laga yang mereka lakoni, duet yang akrab disapa Owi/Butet ini hanya kehilangan satu game saja. Sejak babak pertama mereka berhasil menundukkan ganda Malaysia, Chan Peng Soon/Lai Pei Jing dengan skor telak 21-12 dan 21-5.

Kemenangan ini membawa mereka untuk melangkah ke babak kedua dan menghadapi Chai Biao/Tang Jinhua dari China. Ini pun mereka menangkan dengan dua game 21-19 dan 21-9. Barulah di babak perempat final, Owi/Butet dipaksa kerja keras. Berhadapan dengan ganda Singapura, Danny Bawa Chrisnanta/Yu Yan Vanessa Neo mereka menang cukup mudah 21-12 di game pembuka, mereka sempat seakan kehilangan irama permainan dan menyerah 17-21 di game kedua untuk kemudian meraih kemenangan dengan 21-12.

Di babak semifinal mereka berjumpa dengan wakil Korea, Ko Sung Hyun/Kim Ha Na. Laga ini berhasil mereka menangkan juga dengan dua game dan skor yang sangat menjanjikan 21-13 dan 21-11. Di partai puncak, ulangan All England 2013 pun terjadi. Di laga puncak mereka berjumpa dengan peraih medali emas Olimpiade 2012, Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Duel musuh bebuyutan ini berlangsung seru dan disaksikan oleh jutaan pencinta bulutangkis tanah air melalui layar kaca. Bila anda sempat menyaksikan laga ini, maka anda akan tahu bagaimana Owi/Butet tampil hampir tanpa cela. Mereka seakan bermain diatas angin, apapun permainan yang lawan sodorkan mampu mereka atasi. Angka demi angka berhasil mereka kumpulkan sampai akhirnya mereka berhak memboyong pulang piala All England dengan skor 21-13 dan 21-17 yang sama persis seperti hasil final di tahun 2013.

Raihan ini menjadi sebuah sinyal bahwa Indonesia memang masih patut untuk diwaspadai. Gelar demi gelar yang disumbangkan oleh Owi/Butet dan sejarah demi sejarah yang mereka catatkan, menjadi sebuah angin segar bagi bulutangkis Indonesia yang sempat kehilangan prestasi 10 tahun pertama tahun 2000an. Semoga kemenangan dan catatan prestasi ini akan menjadi inspirasi bagi para atlet muda untuk menjadi penyambung tongkat estafet bulutangkis Indonesia.

Namun catatan ini pun tak lantas membuat Owi/Butet berpuas diri. Mereka mengaku masih haus akan gelar-gelar yang belum mereka raih. Medali emas Asian Games, Sudirman Cup menjadi dua agenda besar yang mereka inginkan, termasuk Olimpiade Rio de Janeiro tahun 2016 mendatang.

Selamat Owi/Butet! Teruslah Berprestasi! (IR)